Kamis, 24 April 2008

Kata Mutiara Kajian Islam
Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas.
Sukses yang sudah Anda alami di masa lalu akan membantu untuk memotivasi Anda di masa yang akan datang.

Jika Allah yang menjadi tujuan, kenapa harus dikalahkan oleh rintangan-rintangan yang kecil di hadapan Allah? Jika mencari nafkah merupakan ibadah, semakin kerja keras kita, insya Allah semakin besar pahala yang akan diberikan oleh Allah. Jika nafkah yang didapat merupakan bekal untuk beribadah, maka semakin banyak nafkah yang didapat, semakin banyak ibadah yang bisa dilakukan.

Uang + Ahklaqul Karimah akan menjadi modal yang sangat berharga baik untuk Anda sendiri, maupun untuk kemajuan Umat Islam. Kejarlah keduanya.

Jika niat sudah terpancang karena Allah, tidak akan ada halangan yang bisa menghentikan seseorang melakukan sesuatu. Niat karena Allah ialah motivator yang utama dan seharusnya menjadi satu-satunya motivator kita.

Jangan sampai kita terlena untuk memenuhi kekayaan duniawi yang sifatnya hanya sementara saja, hingga kita lupa akan tugas kita yang sesungguhnya di dunia ini yaitu mengumpulkan perbekalan untuk menuju kampung akhirat yang kekal. Jadi perkayalah diri Anda baik dengan materi maupun dengan ruhani, dan bagikan kekayaan tersebut kepada orang-orang yang ada disekitar Anda, terutama yang lebih membutuhkan.

Ada peluang dan ancaman dibalik harta yang kita miliki.

Tindakan kita akan mengacu kepada apa yang ada dalam pikiran kita.

Jangan terpaku dengan asumsi dan persepsi sendiri, karena bisa salah. Cobalah mulai membuka pikiran Anda terhadap pikiran orang lain, tentu saja dengan filter nilai-nilai yang Anda anut.

Seperti perkelahian orang yang kecil dengan orang yang besar, jika mengadu tenaga atau kekuatan tentu saja si kecil akan kalah, tetapi dengan kecerdikan, si besar bisa dikalahkan.

Sudahkah Anda melihat dan meneliti apa yang sudah Anda lakukan dan membuat rencana ke depan agar lebih baik?

Proyek besar tidak bisa diselesaikan sekaligus, tetapi harus dibagi-bagi kebagian yang kecil dan dapat dikendalikan.

Anda hanya memerlukan rencana yang sederhana dan tetap sederhana, yang penting Anda konsisten menjalankannya.

Dua hal yang perlu Anda ketahui sebelum memulai bisnis, pertama ketahuilah bahwa bisnis itu tidak mudah, kedua bekali diri Anda dengan sikap dan keterampilan yang memadai. Tetapi yakinlah bahwa Anda bisa.

Rencana adalah jembatan menuju mimpimu, jika tidak membuat rencana berarti tidak memiliki pijakan langkahmu menuju apa yang kamu cita-citakan.

Putuskan apa yang Anda inginkan, kemudian tulislah sebuah rencana, maka Anda akan menemukan kehidupan yang lebih mudah dibanding dengan sebelumnya.

Rencana memberikan arah langkah Anda.

Kunci pengelolaan waktu yang efektif: mengeset prioritas dan konsentrasi pada satu pekerjaan pada satu waktu.

Untuk mencapai puncak, Anda harus melalui anak tangga dan terus menerus naik, maka Anda akan mencapai puncak yang Anda inginkan.

Jika sukses merupakan akibat, tentu saja ada sebabnya. Jadi langkah pertama jika Anda ingin sukses ialah dengan mengetahui terlebih dahulu sebab-sebab yang membuat orang lain sukses.
Apa yang membedakan Anda dengan orang lain yang sukses? Jawabannya karena Anda tidak mengerjakan apa yang orang sukses kerjakan.

Segala sesuatu yang kita kejar selalu menuntut bayaran. Hal yang paling umum yang diperlukan saat mengejar cita-cita ialah mengganggu zona nyaman.

Suatu saat mungkin Anda merasa dunia ini bau terasi, kemana pun Anda pergi bau terasi selalu tercium. Sebelum Anda memutuskan bahwa dunia ini penuh dengan terasi, periksalah diri Anda mungkin ada terasi pada kumis atau pakaian Anda.

Untuk mengubah sikap, ternyata tergantung pada diri Anda sendiri.

Menghilangkan sifat dengki pada diri kita akan membantu kita menuju kesuksesan baik dunia maupun akhirat.

Dengan disiplin bukan saja kita tidak mendapatkan sangsi, tetapi dengan disiplin kita akan meraih sukses, terhindar (insya Allah) dari kecelakaan, dan disiplin juga adalah ibadah.
Bermimpilah, buatlah tujuan dari mimpi Anda, buatlah rencana, lakukan rencana, dan capailah mimpi Anda.

Mungkin saja di tempat lain rezeki Anda sudah menunggu.

Jika Anda mempunyai misi mulia, jangan takut untuk gagal, bukan hasil yang akan dinilai, tetapi usaha Anda untuk mencapainya.

Jika kegagalan menghampiri Anda bukan berarti Anda harus menyerah, tetapi cari jalan lain, kemudian kerjakan lagi. Sekali lagi, jangan cepat menyerah.

Menyerah adalah salah satu cara untuk gagal.

Jangan lupakan kegagalan, tetapi ambilah hikmahnya.

Lupakan kekecewaan, karena harapan dimasa depan masih terbentang luas dan begitu cerah.
Jika sudah tidak ada harapan, cobalah jalan yang lain. Masih banyak jalan lain yang bisa membawa Anda menuju kesuksesan.

Kata Mutiara

Kata Mutiara Kajian Islam

Semakin Anda memahami lebih banyak tentang dunia di sekitar Anda, semakin bergairah dan penasaran terhadap kenyataan hidup dalam hidup Anda.

Gairah adalah salah satu elemen pokok yang meringankan upaya dan mengubah kegiatan-kegiatan yang biasa-biasa saja menjadi suatu pekerjaan yang dapat dinikmati.

Semakin besar “Mengapa” Anda akan semakin besar energi yang mendorong Anda untuk meraih sukses.

Mimpi tidak hanya membantu Anda berhadapan dengan kegagalan, tetapi mereka juga memotivasi Anda secara konstan.

Mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok.

Anda bisa, jika Anda berpikir bisa, selama akal mengatakan bisa. Batasan apakah sesuatu masuk akal atau tidak, kita lihat saja orang lain, jika orang lain telah melakukannya atau telah mencapai impiannya, maka impian tersebut adalah masuk akal.

Menuliskan tujuan akan sangat membantu dalam menjaga alasan melakukan sesuatu.
Apakah kita bisa untuk mengemban misi kita? Insya Allah kita bisa, karena Allah Mahatahu, Allah tahu sampai dimana potensi dan kemampuan kita. Jika kita tidak merasa mampu berarti kita belum benar-benar mengoptimalkan potensi kita.

Jika target obsesi itu baik, maka memiliki obsesi bukan hanya baik, tetapi harus. Karena motivasi dari sebuah obsesi sangat kuat.

Untuk menjadi sukses, Anda harus memutuskan dengan tepat apa yang Anda inginkan, tuliskan dan kemudian buatlah sebuah rencana untuk mencapainya.

Bisakah kita meraih sukses yang lebih besar lagi?
Merumuskan Visi dan Misi adalah salah satu bentuk dalam mengambil keputusan, bahkan pengambilan keputusan yang cukup fundamental. Visi dan Misi Anda akan menjiwai segalagerak dan tindakan di masa datang.

Jangan takut dengan gagalnya meraih visi, kegagalan meraih visi sebenarnya bukan suatu kegagalan, tetapi merupakan keberhasilan yang Anda tempuh meski tidak sepenuhnya.
Visi itulah yang akan menuntun perjalanan hidup Anda.

Menciptakan kebiasaan baru adalah salah satu dari kunci sukses. Jika anda ingin sukses Anda harus mulai menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang akan membawa Anda kepada kesuksesan.
Jika Anda ingin menang— dalam bisnis, karir, pendidikan, olah raga, dsb— maka Anda harus memiliki kebiasaan-kebiasaan seorang pemenang pula.

Jika Anda ingin suatu kehidupan yang berbeda, buatlah keputusan yang berbeda juga.
Tengoklah kembali perjalanan Anda saat ini, akan menuju kemana? Apakah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk, atau tetap saja seperti saat ini? Tetapkanlah sebuah putusan dan jalanilah menuju konsekuensinya.

Potensial pilihan Anda begitu melimpah, keputusan Anda dapat saja merubah hidup Anda secara dramatis dalam waktu singkat.

Hanya satu motivasi yang ada, yaitu Allah. Adapun motivasi lainnya harus dalam rangka “karena dan/atau untuk” Allah.

Sastra Khalill Gibran

Bag I
ANTARA CINTA, WANITA DAN NESTAPA
(Catatan Kecil Tentang Gibra Khalil Gibran)
KHAIRUDDIN RANGKUTI
Jurusan Sastra Arab
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara


Terlahir dengan nama Gibran Khalil Gibran, pada 6 Januari 1883 H, di Besharri -sebuah desa di atas Jabal Urz (Gunung Padi), Libanon. Dalam bahasa Arab tertulis Jubran khalil Jubran
Masa kecilnya sering kali dilewati dengan merenung seraya menatap pemandangan alami di atas gunung, terkadang duduk tenang sembari melayangkan pandangan ke telaga yang memancarkan air.


Keluarga Gibran adalah pengikut gereja Katolik Haronite. Mereka berasal dari golongan masyarakat tingkat menengah yang sederhana.
Ayahnya, Khalil Gibran bin Saad bin Yusuf bin Gibran, pernah meringkuk dalam tahanan. Ia terlibat pemalsuan pungutan pajak atas para petani di Besharri. Ia juga dikenal seorang pemabuk berat. Kendati demikian hubungan antara Gibran dengan Ayahnya terjalin kasih yang mendalam. Tak jarang mereka melancong menunggang keledai melihat laut dari puncak gunung padi.


Sementara ibunya adalah Kamila binti Khury Asthofani, putri seorang pendeta Maronite yang terpandang didesa itu. Pada usia 18 tahun, ia berkeinginan keras menjadi biarawati, namun ditentang oleh seluruh keluarga, yang lantas menjodohkannya dengan pemuda bernama Abdul Salam. Kamila bertandang ke Brasil bersama suaminya yang kemudian dikaruniai anak bernama Petrus(Peter), dalam bahasa Arab tertulis Butrus. Satu tahun kemudian Abdul Salam meninggal dunia, hingga Kamila terpaksa kembali ke Libanon.
Pada tahun 1877 M Kamila menikah lagi dengan Khalil Gibran bin Saad. Dari perkawinan yang kedua ini Kamila memperoleh tiga orang anak, yaitu Gibran Khalil Gibran, Mariana dan Sulthanah.


Kamila menguasai beberapa bahasa (poliglot). Sang Ibulah yang pertama kali memperkenalkan kepada Gibran cerita-cerita Arab yang termasyhur seperti Harun Al- Rashid, Kisah Seribu Satu Malam, dan syair-syair Abu Nawas. Ia juga yang mendorong Gibran untuk mengembangkan seni lukisnya. Pengaruh wanita ini sangat besar dalam perkembangan jiwa Gibran.
Gibran Khalil Gibran menghabiskan masa kecilnya dalam suasana serba kekurangan, di tengah-tengah himpitan ekonomi yang melanda Libanon.


Secara umum, faktor lemahnya ekonomi membuat seseorang, atau kebanyakan orang berpindah dari satu negara ke negara lain untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Demikianlah, Kamila bersama-sama keempat anaknya Petrus, Khalil Gibran, Mariana dan Sultanah hijrah ke Amerika Serikat, langsung menuju Boston, di sebuah kawasan Pacinan (China Town). Sedangkan suaminya tidak turut serta, karena berbagai alasan. Di kawasan ini banyak menetap orang-orang dari Besheri (Libanon) dan juga orang-orang dari Syiria. Dengan demikian keluarga Gibran tidak terlalu banyak menghadapi kesulitan berada di kawasan ini.
Untuk melengkapi hidupnya di kawasan ini, mereka mulai mencari nafkah. Kamila, Petrus dan kedua anak perempuan mulai bekerja. Sedangkan Gibran tidak

diperkenankan oleh ibunya untuk bekerja, karena ia harus melanjutkan sekolahnya agar kelak menjadi orang pandai dan terkenal.
Gibran dikirim ke sebuah sekolah negeri di Amerika tempat belajar anak-anak segala bangsa. Di sini Gibran merupakan anak yang pandai, bahkan genius. Dalam waktu dua tahun ia telah dapat menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan memahami buku-buku tanpa kesulitan.
Setelah melewati waktu dua tahun, kehidupan mereka cukup lumayan, bahkan bertambah baik. Harapan mereka terpenuhi ,karena dapat menyekolahkan Gibran ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.


Pada tahun 1898 Gibran kembali ke tanah airnya, Libanon. Ia belajar di sekolah Kristen Maronite Al-Hikmat, Beirut, khusus untuk bidang bahasa dan kebudayaan Arab.
Dalam masa liburan sekolah, Gibran selalu mengunjungi ayahnya di Besherri. Sang Ayah pun sering mengajaknya berkemah di gunung-gunung dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Gibran kembali sering menikmati segarnya udara pegunungan Libanon. Sebuah kenangan indah bersama sang ayah yang tak mampu dilukiskan, memenuhi jiwanya.
Gibran sering mengunjungi biara tua. Mar Sarkis yang terletak di lembah pegunungan yang sunyi. Di tempat ini, ia sering duduk menghabiskan waktu. melempar pikiran ke masa depan. Ia ingin membeli biara tua ini, jika ia sudah menjadi kaya. setelah di Amerika kelak menjadi orang terkenal.

Sastra Khalill Gibran

Bag II

Saat-saat liburan inilah Gibran jatuh cinta yang pertama kali kepada seorang wanita, Hala Dahir namanya. Ia adalah cinta pertama Gibran. Sebuah hubungan perasaan yang membuat pikiran-pikirannya tergenang oleh renungan- renungan, yang dapat melahirkan kalimat-kalimat lembut. Terkadang pula menghasilkan hentakan-hentakan dahsyat, keras bagaikan prahara.
Awal kisahnya seperti percintaan klasik, ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Gibran sering bertandang ke rumah Hala, untuk membantu adik-adik Hala menyelesaikan pekerjaan rumah. Saat-saat inilah kedua insan sering bertemu dan saling mengungkapkan isi hati, hingga cinta merasuk ke dalam kalbu, terpatri kokoh dalam relung hati masing-masing.

Meski cinta sudah membara, namun kenyataan bicara lain. Gibran mengalami hambatan dalam bercinta dengan Hala Dahir. Sebab hubungan ini tak mendapat restu dari keluarga Hala.
Iskandar Dahir, kakak Hala, sempat bertutur kepadanya: "Aku tidak akan menyetujui anak gembala pemungut pajak petani itu menjadi suamimu". Hala tak kuasa menghadapi situasi seperti ini. Sampai akhirnya Hala dijodohkan dengan pemuda pilihan orang tua, persis seperti diceritakan dalam Sayap-Sayap Patah, di mana Hala diganti dengan tokoh Selma Karamy.
Meski Hala sudah dinikahkan, Gibran tetap berkunjung ke rumah kekasihnya itu. Diajaknya Hala menikmati pemandangan alam pegunungan sambil mengenang masa manis yang silam, tanpa peduli resiko yang akan terjadi. Hubungan Gibran dengan Hala hanya berlangsung dua tahun. Hala pergi ke alam baka untuk selalr!anya.

Cinta kedua Gibran setelah Hala, jatuh kepada Sultanah Thabit. Wanita ini dijumpai ketika Gibran masih belajar bahasa Arab di sekolah al-Hikmah, di Beirut. Ia
adalah seorang janda berusia 22 tahun. Sedangkan Gibran baru berusia 18 tahun. Mereka sering bertukar buku dari berkirim surat. Gibran memang mencintai Sultanah, karena rasa iba, sebab sudah menjadi janda dalam usia muda.
Pada tahun 1903, Gibran kembali ke Boston. Ia mendapatkan suasana yang lain, Sultanah, adiknya meninggal dunia setahun yang lalu (4 April 1902). Masih pada tahun 1903, Petrus, saudaranya meninggal dunia. Dan musibah yang terberat datang tiga bulan kemudian, ibu yang amat disayanginya meninggalkan Gibran untuk selama-lamanya menghadap ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.

Musibah yang berturut-turut menimpa Gibran ini meninggalkan bekas yang amat dalam pada jiwa penyair ini, dan telihat jelas dalam karya-karya selanjutnya. Inilah duka nestapa yang teramat berat bagi Gibran Khalil Gibran.

Pada tahun 1904 tulisan pertamanya dimuat di al- Mulhajir, sebuah surat kabar di Amerika Serikat dalam bahasa Arab. Kegiatan Gibran lebih banyak pada menulis dan melukis.
Gibran mengadakan pameran lukisan yang pertama pada tahun 1904, berkat bantuan juru potret Fred Holland. Karya-karyanya banyak mendapat pujian, namun tak seorang pun yang membelinya.

Diantara para pengunjung pameran, ada seorang wanita yang tersentuh hatinya dengan karya Gibran yang bernafaskan agama itu. Ia adalah Mary Haskell, seorang kepala sekolah. Ia menawarkan kepada Gibran untuk memamerkan lukisan-lukisannya di sekolahnya. Dari pertemuan ini menghasilkan jalinan persahabatan sejati, sehidup semati yang didasari oleh cinta platonik, yang lepas dari nafsu birahi. Mary Haskell menjadi pendorong bagi Gibran dan sponsor segala kegiatan. Ia juga yang mengoreksi karya-karya Gibran yang berbahasa Inggris.
Di samping Mary Haskell, Gibran juga menjalin hubungan dengan seorang guru asal Perancis, Micheline panggilan akrabnya dari beberapa wanita yang lain, tetapi tak pernah sampai kepada hubungan serius menuju perkawinan. Gibran tak mau terikat dengan tali perkawinan, karena ia menyadari bahwa peraturan-peraturan yang mengikat suatu perkawinan akan membelenggu jiwanya. Kebebasan adalah mutlak baginya. Karena itu, ia tak pernah menikah.

Atas biaya Mary Haskell, pada tahun 1908 Gibran berangkat ke Perancis untuk mendalami seni lukis. Di kota Paris, ia belajar seni lukis kepada pelukis terkenal Auguste Rodin. Pada tahun ini pula Gibran tampil untuk pertama kali sebagai pengarang melalui bukunya Arwah al-Mutamaridah. Buku ini menyoroti tajam institusi gereja dan peraturan-peraturan pemerintah yang dianggapnya bobrok, yang dibuat untuk menindas rakyat dengan kedok keadilan. Reaksi yang keras atas buku ini datang dari pemerintah Ottoman Turki. Akibatnya semua buku Gibran yang ada di pasaran dibakar dan penerbitan selanjutnya dihentikan. Sebagai hukuman, Gibran pun dikucilkan dari keanggotaan gereja Haronite.

Selama dua tahun (1908 -1910), Gibran belajar di Paris, di Academie Yulien dari Ecole Des Beaux Arts. Lalu ia pun kembali ke Boston.
Pada tahun 1912, Gibran pindah ke New York dan menetap di sana. Di kota ini pun biaya hidupnya masih ditanggung oleh Mary Hakell, hingga tahun 1920. Cinta
mereka berdua begitu mendalam. Tak seorang pun dapat mengubah hubungan mereka. Bahkan mereka ibarat satu jiwa yang tak bisa dipisahkan. Cinta Gibran pernah dipaparkannya melalui surat-surat. Sebanyak 319 surat dilayangkan Gibran kepada Mary. Sedang Mary sendiri menulis 206 surat kepada Gibran.

Gibran menulis surat kepada Mary: "Aku senantiasa mencintaimu sepanjang abad. Sungguh, aku terlalu mencintaimu sejak aku belum mengenalmu. Dan tak seorangpun yang mampu memisahkan kita. Engkau pun tak akan mampu mengubah hubungan kita, juga aku, juga Tuhan. Sebenarnya aku memiliki kesempatan banyak untuk mencintai wanita-wanita lain, baik di Boston maupun di Paris. Tapi antara aku dan kau sudah demikian lekat. Dan aku sangat berharap kepadamu, agar engkau selalu mengenal diriku. Di dunia ini engkau adalah wanita yang paling agung bagiku. Dan ikatan jiwa kita tidak akan lepas, meskipun engkau kawin tujuh lelaki yang berbeda-beda".

Itulah bentuk cinta Gibran kepada Mary. Bangunan cinta yang mereka ciptakan, sebetulnya tidak dilandasi cita-cita sebuah perkawinan. Sehingga akhirnya Mary Haskel kawin dengan laki-laki lain. Dan, seperti pengakuannya dalam suratnya kepada Mary itu. Gibran terus mencintai Mary.

Pada tahun 1926, tiga tahun setelah buku al-Nabiy (The Prophet) terbit, Mary memutuskan untuk meninggalkan Gibran. Mary bersama suaminya meninggalkan Boston dan menetap di Savana. Georgia.

Filosof Libarlon ini boleh dibilang suka bermain cinta. Ia bisa jatuh cinta setiap saat, dengan siapa saja, tanpa memutuskan hubungan dengan wanita sebelumnya.
Gibran juga pernah jatuh cinta kepada May Ziadah. Ia adalah sastrawati ternama yang menetap di Kairo, Mesir, Ayahnya bangsa Libanon dari ibunya berasal dari Palestina.
Di samping itu Gibran pun jatuh cinta kepada sekretaris pribadinya yang bernama Barbara Young.

Gibran adalah seorang penyair yang penuh dengan gejolak cinta sejati Menurutnya: "Cinta tidak berkeinginan selain mewujudkan maknanya". Ujud dari pada cinta bagi Gibran adalah kebebasan dari keterpautan hati meski tak menjadi satu raga. Inilah contoh cinta yang melandasi hubungannya dengan Hay Ziadah.

Dari perjalanan hidupnya, dari wanita-wanita yang dekat dengannya, tak satu pun yang pernah mengukir mahligai perkawinan. Sampai akhir hayatnya. ia tetap melajang .
Pada masa sepuluh tahun pertama, sejak ia pindah ke New York, Gibran mulai dikerlal orang, baik di Arab mau pun di Barat. Ia dikenal bukan hanya melalui lukisan- lukisannya, tetapi juga melalui tulisan-tulisannya. Ia menulis dalam bentuk puisi, parabel, cerita pendek dan esei.
Keharuman namanya menjadi cambuk untuk terus bekerja tanpa memperhatikan kondisi dirinya. Sehingga tak terasa bahwa dirinya telah mengidap penyakit paru-paru dan hati yang kronis.

Pada tangga 19 April 1931. Seorang sekretarisnya Barbara Young menemukan Gibran dalam keadaan kritis kamarnya. Lalu dibawanya ke rumah sakit.
Pada keesokan harinya Jumat 10 April 1931, Gibran Khalil Gibran meninggal dunia. Ia menutup mata untuk selama-lamanya dalam usia 48 tahun.
Jenazah Gibran tidak dimakamkan di tanah airnya yang baru, Affrika. Ia selalu merindukan Wadi al-Qadisa (Libanon) dan ingin kelak tubuhnya dibaringkan dengan Biara tua yang sunyi. Har Sarkis ditemani oleh pohon-pohon cedar. Itulah permintaan yang kemudian menjadi kenyataan.
Semua bukunya baik yang sudah terbit, maupun yang belum, ia wariskannya kepada penduduk Besharri, yang kemudian disimpannya di sebuah museum kecil.

Sastra Khalill Gibran

Bag III

Masa lalu Gibran Khalil Gibran memangg sarat dengan kepedihan clan kehilangan. Sejak dirinya dipaksa untuk memahami maut sebagai perenggut tawa dan senyumnya. Maut telah merenggut orang-orang yang dicintainya. Betapa berat musibah yarlg dipikul oleh Gibran, saat Sultanah, saudara perempuannya meninggal, pada tahun 1902. Saat Peter (Butrus), saudara laki-lakinya meninggal pada tahun 1903. kehilangan orang-orang yang dicintainya itu terus berlanjut pada puncaknya, yakni kehilangan wanita yang paling ia cintai, ibunya. Ibu bagi Gibran adalah segalanya, seperti yang ia katakan : "... kata terindah di bibir umat manusia adalah kata ibu, dan panggilan terindah adalah ibuku".

Ketiga kehilangan besar yang berturut-turut itu tidak saja memukul jiwanya tetapi juga berpengaruh bagaimana Gibran memperlakukan Tuhannya, Cedera psikologis berpengaruh pula pada kesehatannya.
Dari percobaan -percobaan yang ia lakukan dari perjalanan-perjalanan yang ia lewati semata-mata hanya untuk mendekati sang ibu atau wanita lairn yang menyerupainya, Gibran bisa mencintai wanita tapi tak bisa untuk menikahinya. Ini ah kehidupan anak-anak Apolon yang terbuang ke negeri asing yang pekerjaannya menjadi asing jalannya lamban, dan tawanya adalah tangis,
Akhirnya dalam urainan ini, tentunya penulis ini akan mampu mengungkapkan pribadi Gibran secar utuh. Sebab, Mikhail Naimah saja, yang hidup menemainnya selama lima belas tahun mersa was – was mengungkapkan kehidupan gibran. "kalau ada yang ingin mengetahuinya, harus meneliti semua karya yang ditulis Gibran, mulai dari Al – Musiqo (musik) hingga Al-Taih (sicongkak)